Minggu, 28 April 2013

Goes to UI




Entah ada bisikan dari mana gua bisa senekat mengambil keputusan dengan mudahnya. Waktu itu rencana gua pulang ke rumah Cuma buat kumpul bareng keluarga. Mumpung saat itu ada liburan paskah dan mata kuliah dasar- dasar Jurnalistik di hari senin dosennya gak mau dateng. Jadi gua gak mau menyia- nyiakan kesempatan itu daripada harus membusuk di kosan selama 4 hari.. *Males Gilak*



“Gua tunggu di jalur 3. Keretanya berangkat jam 10:15”

Dari sinilah perjalanan itu dimulai. Gua menunggu kedatangan musuh  yang menghantui kehidupan gua dulu sewaktu di SMA (mungkin sampe sekarang juga, tapi intensitasnya berkurang, hehe) . Namun kini dia berhasil menemukan seonggok kain kuning dari beribu- ribu warna tumpukan almamater yang di obral di SNMPTN 2012. Dan dalam rangka menunjukan kemegahan kampusnya, dia menyanggupi keinginan gua untuk sekedar berkeliling disana.

Rupanya sosok dan arwah itu datang. Tambah gendut? Tambah kurus? Biasa aja ternyata. Dia melangkah semakin dekat sementara gua duduk di peron sambil melihat ramainya penumpang commuter line yang siap capcus. Ironisnya, kereta itulah yang akan gua naikin. Gua sudah membayangkan bakal berdiri sampe stasiun manggarai, padahal kalo gua masuk daritadi mungkin masih banyak tempat duduk yang kosong. Tapi syukurlah masih bisa nyempil dan bisa berdiam. Gak kayak dulu sama babay dan alief yang ketawa cekikikan liat ekspresi emak- emak lagi ngegosip tepat posisinya disebrang.

Stasiun Manggarai
Sampai di Stasiun Manggarai… kita transit disana. Rupanya menunggu waktu lumayan lama Commuter line yang ke Depok.

*Bete*

*Duduk*

*Dengerin musik*

*Ngobrol dan kita sharing pengalaman*

*Menikmati hiruk pikuk stasiun*

Campur aduklah pokoknya. Gak tau harus apalagi yang gua lakuin betapa betenya. rasanya pengen flash mob heavy rotation. Pengennya cepet- cepet nyampe.

Eh begitu keretanya dateng malah penuh! . Shit.  Gua udah bayar mahal- mahal, berdiri, eh terus Cuma kipas angin yang nyala. Apa- apaan nih. Yaudah deh jangan bawel.

Nyampe di Pocin

Kereta yang kami tumpangi sampai di tujuan. Kami memilih turun di stasiun pocin, katanya lebih deket. Temen gua ini mulai deh aura- aura tour guide muncul.


Suasana sedikit dramatis.. Akhirnya bisa menjajakan kaki di UI, setelah 5 tahun gak ziarah kesini. Secara kasat mata permukaan UI sudah banyak yang berubah. Lebih rapih dan modern. Apalagi perpustakaan pusatnya, Kece abis! Arsitekturnya megah dan bersatu dengan alam. Rasanya pengen gua cubit pipi arsiteknya, hmmpfft  *emak- emaknya muncul deh*



Destinasi kita pertama adalah Perpustakaan pusat! Disitu gua foto- foto, ubek- ubek buku, jalan- jalan,  dan diajak mondar- mandir sama dia dari ‘bawah- atas- bawah’.



Ada yang menjadi kegalauan gua saat di perpustakaan. Kaki gua seakan terdiam, tidak dapat bergerak dan seakan ada yang membisik gua ke rak buku yang gua gak tau arahnya. Bagaikan besi yang tertarik oleh magnet.



Saat gua memperhatikan apa yang ada di sekitar, God! Hatipun menjadi sesak. Gua melihat tumpukan buku Arsitektur dan memutuskan duduk diantara tumpukan buku Arsitek. Gua teringat pada masa lalu, dari SMP- SMA menginginkan masuk jurusan Arsitektur dan bertekad belajar,  untuk bisa masuk jurusan IPA. Menggambar kota, gedung, dan pemandangan di waktu luang. Masa remaja gua lalui untuk bermimpi. Barangkali gua berjodoh masuk jurusan itu. ,Karena satu dan lain hal gua gak bisa masuk sana, dengan berat hati gua berusaha lupakan semua jerih payah itu dan melawan arus cita- cita.



Matahari semakin terik. Perut terasa lapar dan waktunya sholat. Dari perpustakaan kita bertolak ke MUI (re: Masjid ukhwah islamiyah) dan setelah itu kita makan di kantin pinggir danau. Menu yang gua pilih saat itu adalah Nasi Uduk+ Ayam+ jus Jambu. Sementara temen gua beli Gado- gado *kalo gak salah dan minuman yang sama dengan gua.


Sudah kenyang kita jalan lagi ke Fakultas Ilmu Budaya dan mengunjungi jembatan Teksas. Di fakultas tersebut gua juga menjadi lebih tegar karena ada sesuatu yang tidak bisa terwujudkan.




Matahari yang semula terik, kini menjadi mendung. Seakan menahan gua lebih lama untuk di UI. Akhirnya, hujan pun tidak dapat dihindarkan hingga sore. Dalam perjalanan menuju stasiun untuk pulang, kita harus berteduh dulu di halte Bikun. Sore yang begitu sejuk dan basah.





Untuk pulangnya gua request untuk naik kereta di Stasiun UI. Karena gua pengen menikmati lebih lama suasana kampus *walaupun sudah ngos- ngosan* dan melintasi Makara, logo Universitas Indonesia  (kata temen gue simbol ini menyimpan mitos dikalangan anak UI).




Dalam perjalanan pulang di kereta. Ada pemandangan yang biasa, namun menjadi luar biasa karena gua melihat langit tersenyum dengan lipstiknya. Pelangi! Yang sangat luas lingkaranya .. dan sampai ditulisnya postingan ini, gua belum melihat pelangi lagi. Spasiba Balshoy buat temen gue yang sedia menemani gue ke kampusnya, Perjalanan yang menjadi bahan cerita terbitnya postingan ini. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons