Selasa, 13 Agustus 2013

Keep calm and proud of it (Kiri dari Lahir)



13 Agustus. Tanggal ini bukan hari ulang tahun saya. Tapi tanggal itu yang selalu saya tunggu setiap tahun. Bukan karena ada orang lain yang spesial, tapi entah mengapa saya lebih senang dan bangga menyambutnya.

tidak ada hal meriah di tanggal tersebut. Karena tidak banyak orang yang tahu. Namun pengharapan dan kekuatan adalah sangat berarti. Berharap agar terciptanya keadilan, meskipun ini mustahil. Kuat untuk selalu menerima kenyataan, walaupun ini pahit. 

Saya sebenarnya tidak ingin sendirian dalam menyambut moment ini. Hanya saja saya tidak bisa merayakan dengan kumpul bersama, karena sulit mencari yang senasib dengan saya, sebab kami memang sedikit. 

Tapi kami mempunyai pengharapan yang sama dalam hidup. Yaitu yang tertindas secara batin, ditolak oleh norma, dan dijajah dengan kenyataan. Ya, itu semua terjadi karena kami minoritas. Kami hanya 10% dari total populasi dunia. Yang membuat kami harus menjalankan kehidupan lebih sulit dibanding kebanyakan orang. mengikuti apa yang mereka lakukan dan inginkan. Walaupun sebenarnya ingin sekali melakukan kebebasan seperti orang- orang yang sudah tercipta menjadi golongan mayoritas. 

Tapi saya harus sadar bahwa ini adalah takdir, mau tidak mau kenyataan memang tetap seperti itu. Yaitu kenyataan yang harus saya terima bahwa kemampuan tangan kanan saya lebih lemah dibanding kemampuan tangan kiri. 

Saya kiri dari lahir, singkat saja kidal. dan tanggal 13 agustus ini adalah hari kidal internasional (International left handers day). Hari itu dibuat bukan untuk mengajak orang melakukan aktivitas dengan tangan kiri, tapi agar orang kidal dihargai dan mendapatkan hak yang sama seperti orang “normal” . Bukan perlakuan diskriminasi seperti yang selama ini terjadi.

Selamat Hari Kidal Sedunia


Oke, mungkin saja kalian menganggapnya hal ini berlebihan. Tapi tahukah kalian sebenarnya seperti apa terlahir sebagai kidal?. 

Biarkan saya menjelaskan dengan singkat…

Jujur saya bangga terlahir sebagai kidal, bukan berarti karena mendengar pujian dari orang- orang yang bilang kalau “orang kidal itu pintar dan hebat loh!”, bagi saya itu cuma basa basi. Tapi saya bangga dapat bertahan untuk tetap menjadi orang kidal walaupun keadaan memaksa saya untuk merubahnya dan sering kali mengalami tekanan, terlebih saat saya masuk dalam dunia pendidikan (sekolah). Sindiran bahkan ancaman pernah saya alami di sekolah. 

Di umur 5 tahun saya masuk TK, saya dilarang memakai tangan kiri untuk menulis, dipaksa untuk menulis dengan tangan kanan. Padahal orang tua membebaskan saya untuk menulis dengan tangan apa saja, mereka sama sekali tidak keberatan kalau anaknya terlahir sebagai kidal. Karena itu bawaan dari keturunan. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa- apa ketika guru menyuruh saya untuk terus menggunakan tangan kanan hanya karena kesopanan itu terletak di tangan kanan.

Masa TK saya lalui dengan tekanan. Setiap hari saya menulis dengan tangan kanan yang membuat saya selalu terlambat mengumpulkan tugas. Disaat teman- teman diperbolehkan untuk pulang, saya belum boleh pulang karena saya belum selesai menulis. Alhasil keluar paling akhir di waktu pulang, bahkan sampai keadaan disekitar sepi.

Saya juga pernah merasakan cubitan di waktu SD dari seorang guru yang baru sadar melihat saya menulis dengan tangan kiri. Bahkan saya diancam dihadapan teman sekelas saya kalau besok menulis dengan tangan kiri lagi akan dihukum. 

“kok kamu nulis pake tangan kiri? Hey! *sambil dicubit*. Jangan pake tangan kotor! Nggak sopan. kalo besok ibu lihat kamu nulis pake tangan kiri lagi di jam pelajaran, ibu hukum! Jangan masuk kelas kalo nggak bisa nulis pake tangan kanan”. Itulah yang dia katakan saat itu, sampe sekarang saya masih ingat betapa malu nya saya dicap sebagai murid yang tidak sopan dihadapan teman- teman. 

Di rumah saya terus berlatih memakai tangan kanan, Tapi hasil tulisan saya selalu jelek, tidak sebagus tulisan tangan kiri. Nggak pernah memuaskan. Tangan kanan saya terasa kaku dan usaha itu tidak pernah berhasil hingga sekarang. 

Jadi dulu, agar saya tidak tertinggal dengan teman- teman, saya berpura- pura menulis dengan tangan kanan jika dilihat oleh guru saja. Dan kembali lancar menulis dengan tangan kiri. Memakai strategi tertentu agar tidak ketahuan. Tapi ini tidak berlaku jika kebagian bangku dipaling depan. 

Memang doktrin yang buruk tentang tangan kiri sangat kuat di kalangan masyarakat, Terlebih masyarakat timur. Sehingga sisi kiri selalu dicap buruk, kotor dan menjijikan, bahkan tangan setan. Maka tidak heran perilaku diskriminasi terhadap orang kidal seperti saya tidak dilarang, karena didukung oleh norma dan agama. 

Agama selalu memerintahkan bahwa sesuatu yang baik harus dikerjakan dengan tangan kanan, seperti makan, bersalaman, memberi. Sehingga posisi kanan adalah kebaikan. Begitu sebaliknya, tangan kiri itu buruk dan menjijikan. 

Saya selalu mendapatkan sindiran bahwa menulis dengan tangan kiri itu tidak boleh. Bahkan itu diucapkan oleh guru agama sewaktu saya sekolah. Padahal jika saya bisa, saya pasti nulis pakai tangan kanan pak!, tapi tangan ini selalu kaku untuk menulis. Memang agama tidak memperkenankan mengerjakan sesuatu dengan tangan kiri, tapi dengan kondisi seperti apa dulu. Dalam hal yang menyangkut ibadah jelas tidak diperbolehkan. 

Apakah ini adil? Saya tidak pernah meminta kepada Tuhan terlahir sebagai kidal, tapi Tuhan yang memberikan. 

Saya sempat iri melihat orang- orang yang leluasa menggunakan tangan kanannya dalam menulis dan beraktivitas. Saya ingin sama seperti mereka, sehingga tidak dibilang aneh, tidak sopan dan tidak tahu aturan disaat mata tertuju kepada saya. Tapi saya yakin pasti ada hikmah mengapa saya kiri dari lahir. 

Namun asal kalian tahu, tidak semua orang kidal itu menulis dengan tangan kiri. Bisa jadi mereka bisa menulis dengan tangan kanan, namun melakukan aktivitas lain dominan dengan tangan kirinya. Bisa jadi ada faktor lain yang menyebabkan ia menulis dengan tangan kanan. Salah jika mengira bahwa orang tersebut kidal dilihat hanya dari cara menulis, karena kidal itu berarti menggunakan tangan kiri sebagai sumber kekuatan dalam beraktivitas, dan menulis hanya satu dari banyak jenis aktivitas. 

Ada suatu hal yang biasa terjadi ketika orang lain melihat saya menulis dengan tangan kiri. Perkataan mereka pasti tidak jauh dari seperti ini:

“kamu kok kidal?”

“terus makan pake tangan apa?”

“kok bisa sih nulisnya pake tangan kiri?”

“nulis tuh di tangan baik, jangan di kiri. Nggak bagus!”

Hingga sekarang hal itu masih akan terjadi, sampe- sampe saya bosan menanggapinya.
Oke, saya bisa makan pake tangan kanan dengan sendok. Kecuali pake sumpit, kalau pake tangan kanan kagok dan bisa menyebalkan kalo makanannya nggak bisa keambil. 

Jadi orang kidal itu sulit, karena dunia dominan dengan orang Right handed. Semua yang tercipta dirancang untuk memudahkan tangan kanan. Seperti gitar, gunting, pisau, alat elektronik, posisi mouse, penomeran di penggaris, sampai bangku kuliah. 

Jadi jika menggunakan sesuatu, saya merasa tidak mahir dan sulit melakukannya. Padahal barang dan alat- alat pekerjaan dicipta untuk memberikan kemudahan bagi pemakainya, tapi tidak bagi saya. 

Saat menulis di bangku kuliah tangan saya harus menggantung, tidak heran kalau sampai terjatuh. Itu karena tumpuan hanya berada di sebelah kanan. Apalagi jika yang saya tulis itu banyak. Terasa pegal dan cepat lelah karena tidak ada tumpuan di sebelah kiri. 

Saya sempat membayangkan, bagaimana kalau kasus – kasus tersebut dibalik? Dan menimpa orang yang bertangan kanan? Atau bisakah kalian sabar merasakannya?

Saya tidak bisa berbuat apa- apa dengan perlakuan seperti itu. Karena pasti tidak ada yang membela. Mau dispesialkan?, emang pantas orang kidal yang katanya tidak sopan dan aneh diberi perlakuan khusus? Lagi pula rugi juga kalau membuatnya, karena jumlahnya sedikit. 

Sesuatu dibuat untuk memudahkan kepentingan mayoritas kan? Jadi kaum minoritas mau tidak mau harus mengikutinya. Jadi mendingan nggak usah ada perhatian kan?! . Mau mencari teman yang sesama kidal pun sulit, jadi saya memilih bungkam. 

Apakah selamanya harus berlangsung seperti ini? Walaupun tidak ada pilihan, tapi jangan khawatir, keadaan seperti ini membuat orang kidal selalu beradaptasi. Menemukan solusi, meniru seperti apa yang dilakukan orang “normal” sehingga tangan kanan terasah agar bisa berfungsi dengan baik. Keadaan ini memaksa orang kidal untuk menjadi Ambidexter, yaitu sebutan untuk orang yang bisa menggunakan tangan kiri dan kanannya dengan baik. 

Seumur hidup saya berada disekeliling mayoritas, diantara puluhan orang tangan kanan dan mampu berbaur dengan mereka. Jadi nggak semestinya saya menuntut hak dan keadilan, karena saya bisa menanggulanginya. 

Kira- kira seperti itulah singkatnya menjadi orang kidal. Ada senang dan dukanya. Terkadang menjadi pusat perhatian karena pujian, terkadang juga karena dianggap berperilaku buruk. Melakukan sesuatu yang sebenarnya mudah, tapi ternyata sulit karena berbeda dari kebanyakan orang. 

Untuk penutup, Saya ingin menyampaikan untuk jangan memandang rendah tangan kiri kalian. Karena tangan kiri sama penting dengan peran tangan kanan. Gini aja, dapatkah kalian memindahkan tuas gigi dengan tangan kanan disaat menyetir mobil? Hal itu pasti sulit. 

Semua itu ada untuk keseimbangan. Begitu juga dengan terhadap orang kidal disekitar kalian, jangan lagi ada anggapan buruk yang memojokan nasibnya dalam kehidupan. Kidal itu pemberian Tuhan, jadi jangan salahkan kami kalau kita berbeda. 

Jangan paksa mereka untuk menjadi seperti yang kalian inginkan. Terutama bagi guru/orang tua kepada anaknya yang kidal. Jika kalian tetap memaksa, maka itu sama artinya kalian menghambat mereka untuk tumbuh menjadi kreatif dan membuatnya takut berekspresi. Bagaimana tidak? Setiap yang dilakukan pasti bayangi rasa takut. Padahal anak kecil butuh dukungan untuk mengembangkan bakatnya. Saya hanya tidak ingin kidal junior mengalami perlakuan yang sama seperti saya. 

Selamat hari kidal sedunia, semoga perlakuan mayoritas kepada yang terlahir sebagai left handed semakin baik dan positif. 

Terima kasih kalian mau menerima kami, mampu memberikan solusi dan dukungan kepada kami untuk bangga terlahir sebagai kidal. 

I may be Left handed, but I’m always right. 
 Keep calm, and proud being Left Handed :)








Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons