Kamis, 11 Desember 2014

Jadi Siapa Yang Terlambat?


Entah, saya heran. Banyak sekali pertanyaan silih berganti dan pernyataan yang terlontar begitu saja kepada diri saya. Dengan mudahnya bahkan terucap seperti menghakimi, seakan mereka telah mengetahui betul perjalanan hidup saja, bahkan cenderung mendiskreditkan pribadi saya.

Maka ku katakan bahwa semua memang ada saatnya.

Mungkin aku terlihat terlambat.
Namun jika saat ini kalian sedang semangat memandang masa depan dan ambisius dalam merencanakannya, aku justru telah mengalaminya pada fase yang lalu.

Merencanakan sedemikian detil pencapaian kehidupanku.
Merenung akan kepada siapa aku mengabdi, akan dengan siapa aku hidup, akan kemana aku bertumpu. Ketika pada saat itu aku belum dibilang pantas untuk memikirkan hal tersebut.

Namun seiring waktu berlalu aku turut  menyadari bahwa dunia tidak selalu berjalan atas kehendak sendiri.

Untuk itu aku harus rela melepaskan cita dan cinta, segala angan yang pernah menggelora.
Kalian hanya tidak menyadari bahwa aku merasa telah mati, meninggalkan cara kehidupan yang lampau.


 Jika pada saat ini kalian terlanjur menilai aku seperti itu, lantas siapa yang saat ini terlambat?

Ah, rupanya kalian belum cukup mengenalku. Ketahuilah bahwa tidaklah kalian mengenalku melainkan hanya sekedip saja!  

*Mengapa kau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Yesus Kristus)

Kamis, 20 November 2014

Mengenal Bekasi, Kota Bermukim Jutaan Komuter



Setiap kota pasti memiliki karakter. Surabaya seringkali disebut kota pahlawan, Kuta identik dengan pantai dan wisatawan mancanegara, Yogyakarta dengan status keistimewaannya dan sebagainya. Karakter tersebut yang membuat keberadaan kota atau daerah itu semakin terkenal dan kemudian dibangunlah tempat- tempat wisata agar mampu menarik wisatawan untuk berkunjung kesitu.


Kota Bekasi
sumber: skyscrapercity.com

           Namun hal tersebut tidak terjadi dengan Bekasi. Tidak ada tempat wisata yang dibangun untuk mengajak banyak orang ke kota ini. Meski berada di Jawa Barat, Bekasi pun tidak punya ciri khas mengenai budaya atau kuliner. Kota ini adalah rumah bagi penduduk yang sebagian besar bekerja di Jakarta. Alasannya mudah, karena harga satu unit tempat tinggal di Jakarta sangat mahal. Oleh karena itu masyarakat Bekasi seringkali disebut masyarakat komuter.

           Komuter sendiri adalah ungkapan tentang seseorang yang pergi ke luar kota untuk beraktivitas (bekerja, sekolah, dll) dan pulang ke kotanya pada hari yang sama. Mayoritas penduduk Bekasi memulai aktivitas mereka ketika masih subuh atau jam setengah 5 pagi. Maka tidak heran sudah banyak sekali kendaraan yang melintas meski keadaan masih gelap.

        Sebenarnya jarak antara Bekasi dan Jakarta tidaklah jauh. Kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta Timur ini dihubungkan dengan beragam akses. Hanya saja volume kendaraan yang masuk ke Jakarta pada jam kerja sangatlah banyak. Sehingga kemacetan merupakan santapan pagi yang wajib untuk memulai hari. Hal inilah yang membuat orang- orang rela berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan. Jika terlambat bangun 30 menit saja, maka bersiaplah untuk terlambat masuk kantor.


Lalu lintas kota Bekasi
sumber: skyscrapercity.com

            Masyarakat bekasi memiliki mobilitas yang tinggi. Mereka berangkat kerja pada subuh dan kembali sampai di rumah pada waktu magrib. Sehingga aktivitas mereka sangat banyak diluar rumah. Bahkan jangan heran jika pukul 9 malam masih ada bus kota dari Jakarta yang masih melayani penumpang pulang ke Bekasi. Rumah hanya dijadikan untuk tidur saja.

            Namun perlu diingat, aktivitas masyarakat komuter inilah yang membantu pertumbuhan dan perekonomian ibukota Jakarta. Jakarta adalah kota yang tidak bergerak sendirian. Jakarta merupakan kota utama yang dikelilingi oleh kota- kota satelit. Inilah yang membuat Bekasi seakan tidak terpisah dari Jakarta. Citranya sebagai kota satelit terlihat lebih pantas dibanding sebagai suatu daerah di provinsi Jawa Barat.

Kamis, 29 Mei 2014

That’s Why I Should be Go There


(kenapa saya harus ke Inggris)

Berbicara tentang Inggris nggak ada habisnya. Negara ini kalo semakin dibahas membuat setiap orang pengen pake banget untuk kesana. karena siapa sih yang nggak tahu Inggris?, Negara yang amat maju dengan nilai mata uang tertinggi di dunia. Membuat siapa pun yang kesana pasti adalah mereka yang mampu mengeluarkan uang sebanyak puluhan juta rupiah tanpa penyesalan.

Kalau lihat foto- foto di google, Segala sesuatu di Inggris membuat saya merinding. Megah dan mewah sekali. Dari bangunan tua, stadion- stadion, museum- museumnya, transportasi, hingga tradisi kerajaan yang menyorot perhatian dunia. Terlebih saya penikmat arsitektur dan tata kota, jadi negara ini recommended banget deh buat menikmati karya- karya arsitek yang indah disana.

Bangunan- bangunan di Inggris 

Saya selalu membayangkan seperti apa rasanya menginjakkan kaki “first time” di London Heatrow Airport, duduk di pinggir sungai Thames sambil melihat menara Big Ben, kemudian naik London Eye, apalagi pas musim gugur lagi!, pasti dingin- dingin banyak angin gitu.

Menjajakkan kaki disini adalah impian saya



Saya juga punya musisi idola yang berasal dari sana, yaitu Gareth Gates. Ia adalah runner up di Pop Idol 2002 . Saya waktu itu tahu dia dari MTV jaman- jaman saya masih SD, karena video klipnya pernah di tayangkan di TV. Lagu- lagunya pas banget di telinga saya. Mungkin sekarang ia tidak setenar pada saat itu, tapi lagu Anyone of Us (Stupid Mistake) sangat membekas bagi saya *asik*

Pokoknya dari dulu Inggris membuat saya tergila- gila. denger orang ngomong pake bahasa Inggris aja itu seperti anugrah yang diberi oleh Maha Kuasa.  Sampe begitu sukanya dengan negara ini, lagu kebangsaannya pun saya hapal! Haha.

Dari alasan diatas, Nah ini ada alasan lain kenapa saya harus ke Inggris…

Inggris itu beda dengan yang lain!

FYI, Benua Eropa adalah benua impian saya. Dulu saya pernah punya cita- cita untuk kuliah S1 disana. Alasannya sangat sederhana, di Eropa saya bisa berteman dengan orang dari seluruh dunia dan enak rasanya kalo tinggal disana karena semuanya mudah. Sebelum akhirnya saya tahu kalau mengenyam pendidikan disana kudu punya duit banyak.

Kalo ngomongin benua Eropa kayak tadi, pasti negara yang langsung muncul di pikiran kita semua adalah Jerman, Perancis, Inggris, Italia, Spanyol. Karena destinasi utama kalau ke Eropa ya ke negara- negara itu. Tapi teman- teman tahu gak sih kalo Inggris itu gak sama dengan negara Eropa yang lain?

Nah ini yang harus teman- teman sadari tentang Inggris. Sebagai negara yang terletak di benua Eropa, Inggris selalu tampil beda. Disaat negara- negara Eropa memiliki mata uang yang sama yaitu Euro, mata uang Inggris adalah Poundsterling.

Visa Inggris juga berbeda dengan negara Eropa yang lainnya. Negara- negara uni Eropa sudah tergabung dengan Visa Schengen, Contohnya kalau kita ingin ke Perancis, Jerman dan Italia hanya membutuhkan satu visa. Jika mau berkunjung ke Inggris kita harus mengurus visa yang berbeda.

Posisi jalur kemudi di negara ini juga paling beda di Eropa, yaitu di lajur kiri. Sama seperti Indonesia. Mobil- mobil di Inggris memiliki stir disebelah kanan, sedangkan di negara Eropa lain stir mobil disebelah kiri dengan jalur sebelah kanan. Pokoknya Inggris itu negara anti-mainstream deh!

posisi jalur kendaraan sama seperti di Indonesia

Kalo suatu saat diberi kesempatan ke Eropa, Rasanya nggak lengkap tanpa ke Inggris. Sebab Inggris memberikan nuansa yang berbeda. Negara ini punya sisi keunikan tersendiri, oleh karena itu Inggris wajib untuk menjadi tujuan setidaknya sekali dalam hidup. aamiin

Saya Sudah bosan Mempelajarinya, Saya ingin Melangkah disana

Jujur saya sudah bosan mempelajari negara ini. Dari SD sampe sekarang, Inggris selalu ada. Selalu masuk di pelajaran Sejarah tentang penjajahan dan kekuasaan, Bahasa Asing yang wajib dipelajari, Olahraga, Pelajaran- pelajaran sains (Matematika, Kimia, Fisika, Biologi). Hingga mata kuliah Komunikasi massa dan Filmologi yang membahas revolusi industri yang menjadi cikal bakal tersebarnya media cetak.

Inggris selalu masuk di segala aspek kehidupan. Mungkin karena peradaban mereka yang sangat maju dan memiliki tanah jajahan terbanyak, sehingga Inggris sangat berpengaruh di Dunia. Saya selalu menyayangkan kalo sekedar mempelajarinya saja. Jadinya penasaran kalo nggak pernah berdiri disana. Kapan yah bisa melangkah disana? di negara yang selalu melekat dalam diri saya.

----------------
Oh iya, kalo nanti jadi ke Inggris (semoga), kalo nggak dilarang sih saya mau bawa snack mister potato ini ke Inggris. Jadi belinya Indonesia, makan nya di Inggris. Walaupun sebenernya bisa beli di Inggris, tapi pasti rasanya itu beda, haha. Apalagi kalo dibawa selama perjalanan dari Indonesia- Inggris, biar nggak bete di dalam pesawat kan bisa nyemil snack yang terkenal ini. That’s why I should be go there..




Twitter: @aulmuhm
Facebook: Muhammad Aulia Rahman  https://www.facebook.com/aul.rahman.7

Minggu, 23 Maret 2014

Ini Alasan Kenapa Saya Tetap Menerapkan GMT+8



Pemberitahuan lewat facebook ketika saya kembali ke zona GMT+8

Sebelumnya saya minta maaf kepada teman atau keluarga yang pernah berkunjung dan tiba- tiba bingung disertai terkejut pas ngeliat jam dinding di kosan sedikit aneh pergerakannya. Apalagi kalo menyangkut masalah sholat. Misalnya udah siap sholat magrib, tapi tiba- tiba udah jam 19:15 aja atau udah yakin banget kalo adzan Ashar masih satu jam lagi, tapi kok ini udah jam 15:00 ?! haha. Tenang…. karena jam itu gak rusak/ baterai nya habis. Tapi emang saya atur lebih cepat satu jam dari WIB. Bukan karena sering telat lho, terus dicepetin satu jam -__- Justru ini udah keputusan saya dari 2 tahun yang lalu, tepatnya pada Mei 2012.

Kalian pernah denger rencana pemerintah RI yang mau menyatukan zona waktu pada 28 Oktober 2012?. Indonesia sekarang ini punya tiga zona waktu, yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Nah rencananya pada saat itu mau disatukan jadi satu zona waktu aja, yaitu WKI (Waktu Kesatuan Indonesia) yang memakai GMT+8 atau setara dengan WITA. Jadi yang tinggal di daerah Sumatra, Jawa, Kalbar & Kalteng mengubah waktunya satu jam lebih cepat dari biasanya. Sebaliknya yang di daerah Papua dan Maluku memperlambat waktunya satu jam. Sementara yang di Sulawesi, Bali, Nusa tenggara nggak ada perubahan. Sebenarnya jika melihat kebelakang, Indonesia sudah 9 kali mengubah zona waktu.


Nah isu tersebutlah yang membuat saya awalnya mengatur jam dinding di kamar saya satu jam lebih cepat jadi keterusan hingga sekarang. Bahkan sampai rencana tersebut ditunda, saya masih memakai GMT+8. Disini saya sangat mendukung rencana pemerintah. Karena begitu harmonisnya ketika membayangkan kalau dari Sabang hingga Merauke punya waktu yang sama.

Sebenarnya apa alasan pemerintah menerapkan ini? Mengingat waktu yang berlaku saat ini udah cocok sama pergerakan matahari. Sepeti kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa. Artinya porsi siang dan malam seimbang. kalo matahari terbit jam 06:00, nanti tenggelam jam 18:00, 12 jam terang – 12 jam gelap.

Sebenarnya meski zona waktu udah disatukan, porsi siang dan malam tetap begitu saja. Tapi kebiasaan masyarakat yang menilai kalo pagi (ketika matahari baru muncul) itu sekitar pukul 06:00 dan senja itu ya sekitar pukul 18:00, sehingga pemahaman tersebut sulit diubah. Tapi pemerintah beralasan kalau zona waktu disatukan akan meningkatkan produktivitas.

Maksud produktivitas disini adalah kegiatan ekonomi. Harapannya perekonomian Indonesia akan lebih baik kalau daerah timur sampai barat memiliki kesamaan waktu, kemudian negara- negara yang menjalin kerja sama intens di bidang ekonomi dengan Indonesia mayoritas berzona waktu GMT+8. seperti Tiongkok (dulu biasa kita sebut Cina), Malaysia, Singapura dan Filipina.

Contohnya ketika bursa efek di Singapura dan Tiongkok sudah buka, Indonesia yang kantor bursa efek nya di Jakarta masih harus menunggu satu jam lagi. Kemudian ketika masyarakat Singapura dan Malaysia sudah masuk kerja dan beraktivitas, masyarakat Indonesia terutama di wilayah barat baru bangun tidur.

Padahal dilihat dari letak geografis, Singapura dan Malaysia barat berada dekat dengan Riau dan Sumatra Utara, tapi mereka memakai zona waktu GMT+8 yang setara dengan Bali. Artinya masyarakat Singapura dan Kuala Lumpur memulai aktivitas lebih pagi dari masyarakat Jakarta. Di Singapura jam masuk kantor adalah pukul 07:00, padahal di pulau seberangnya yaitu Batam masih jam 06:00. Bahkan di Kuala Lumpur jam masuk kantor juga jam 07:00 - 08:00. Masih terlalu pagi bagi kita di Jakarta.

Kesenjangan tidak hanya terjadi antar negara saja, tapi juga di Indonesia. Hal ini meliputi komunikasi, penerbangan, transaksi, sampai jam tayang TV nasional. Sebagaimana kita ketahui, pusat RI berada di zona WIB. Contohnya ketika bank di wilayah Papua sudah tutup jam 15:00, bank di Jawa yang masih jam 13:00 justru sedang giat- giatnya bertransaksi. Akibat perbedaan waktu, proses transaksi dan komunikasi antara Jawa dan Papua terbatas.

Kemudian siaran TV nasional yang lebih memperhatikan wilayah barat Indonesia, Semua mengacu pada WIB, sehingga masyarakat di Timur dan Tengah harus menyesuaikan jika ingin menonton TV. Belum lagi ketika kita melakukan penerbangan ke daerah lain di Indonesia, kita harus mengatur ulang jam tangan atau di handphone. Padahal ini masih di Indonesia. Maka tidak heran mengapa daerah timur Indonesia selalu tertinggal. Karena semuanya berpusat di Jakarta.

Jika rencana penyatuan zona waktu dilaksanakan, maka masyarakat Jakarta harus siap bangun lebih pagi lagi!. Karena jam masuk kerja akan disetarakan yaitu pukul 07:00!!. Hal ini mengakibatkan rencana tersebut menuai kontroversi, banyak yang tidak setuju. Karena ini akan memicu kecemburuan masyarakat Indonesia di wilayah barat kepada yang timur.

Bagaimana tidak, pukul 07:00 di wilayah Indonesia paling barat terutama Aceh dan Medan masih gelap dan di Jakarta matahari masih malu–malu untuk muncul. Sementara di papua matahari sudah terik. Umpamanya “situasi di wilayah barat terburu- buru sementara di wilayah timur sangat santai”. Nah jika seperti ini, kondisi berbalik. Biasanya Indonesia timur yang iri kepada daerah barat, kini yang di wilayah barat iri kepada yang tinggal di timur.

Tapi bagaimana pun Indonesia harus bersatu, kini sudah saatnya yang di Jakarta menyesuaikan. Mungkin butuh adaptasi beberapa minggu untuk merubahnya, lama- lama juga akan terbiasa. Jika yang di Singapura dan Kuala Lumpur bisa, kenapa kita yang di Jakarta tidak bisa?. Bahkan banyak negara yang seluas Indonesia hanya memiliki satu zona waktu, yaitu Republik Rakyat Tiongkok, India, dan Brazil. Sehingga slogan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” akan diperpanjang menjadi “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Satu Zona Waktu”.

Namun hingga tulisan ini dimuat, perubahan zona waktu belum dilaksanakan. Karena pemerintah menilai masih banyak yang penting daripada menyatukan zona waktu. Mungkin karena dipengaruhi oleh mereka yang tidak setuju. Sebab mereka menilai kalau pemerintah hanya memikirkan aspek ekonomi. Padahal menurut saya ini merupakan salah satu upaya agar persatuan Indonesia lebih efektif.

Dibawah ini saya akan membuat jam masuk kerja/ sekolah jika Indonesia memiliki satu zona waktu.

Jam kerja yang berlaku sekarang:

Kegiatan
WIB (GMT+7)
WITA (GMT+8)
WIT (GMT+9)
Masuk Kantor/ Sekolah
07.00/ 08.00
07.00
07.00
Makan Siang + Sholat
12.00 – 13.00
12.00- 13.00
12.00- 13.00
Pulang
15.00 / 16.00
15.00
15.00
Keterangan
Di wilayah ini, jika ingin menghubungi atau bertransaksi dengan wilayah WITA /WIT pada jam 10.00 WIB/11.00 WIB. harus menunggu, karena mereka sedang istirahat.
Ketika wilayah ini selesai istirahat pada pukul 13.00 WITA, di wilayah WIB baru jam 12.00, mau istirahat.
Di wilayah ini aktivitas sudah usai. Tapi di WIB jam 13.00 baru selesai istirahat.

Jam kerja Nasional:

Kegiatan
WKI (GMT+8)
Masuk Kantor/ Sekolah
07.00, 07.30, 08.00
(Karyawan diberi pilihan asal lama jam kerja tetap)
Makan Siang + Sholat
11.30 – 12.30 atau 12.30 - 13.30
(satu tempat kerja memberi karyawan 2 pilihan waktu istirahat, tentunya menyesuaikan waktu sholat setempat)
Pulang
15.00, 15.30, 16.00
(Pulang sesuai pilihan masuk kerja)
Keterangan
Perhitungan jika 8 jam kerja

Inti masalahnya apakah semuanya siap berubah? Kalau saya pribadi sudah siap. Karena begitu rencana penyatuan zona waktu muncul, saya mencoba menyesuaikan. Mulai dari ruang lingkup yang kecil dulu, seperti kamar. sehingga kini saya sudah terbiasa satu jam lebih cepat dengan orang- orang disekitar. Pun kalau berada di Papua/ Maluku saya akan mencoba memperlambat satu jam. Karena saya masih berharap kalau penyatuan zona waktu benar- benar terjadi.


Sabtu, 08 Maret 2014

Menelusuri Jejak Film di Indonesia



Berbicara tentang asal usul perfilman di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bangsa lain. Sejarah mencatat bahwa daya hidup film tidak pernah bisa berdiri karena senantiasa terkait dengan konteks politik, ekonomi dan daya hidup budaya populer. Munculnya film di Indonesia diawali dari seni pertunjukan rakyat bernama Wayang Wong (wayang orang), Komedi Stambul, ketoprak, ludruk, Sandiwara, hingga modernisasi atas penerapan politik etis di wilayah kolonial Belanda.

Wayang Wong pada awalnya adalah pertunjukan yang hanya di gelar di dalam kompleks kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk ritual yang akhirnya terpecah dan terus dilestarikan oleh Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Kemudian berkembang menjadi hiburan para tamu keraton. Pementasan Wayang ini sangatlah mewah yang membutuhkan banyak uang dan tenaga. Hingga pada masa pemerintahan Sultan HB III, pementasan ini jarang ditampilkan karena keraton mengalami kesulitan finansial.

Disaat keadaan seperti itu, seorang Tionghoa bernama Gan Kam mencari peluang bisnis dengan menjadikan kesenian Wayang Wong sebagai komoditas, ia membujuk raja Solo saat itu untuk mengijinkan pertunjukkan Wayang Wong di luar Keraton. Berkat jasanyalah kesenian tersebut dapat ditonton oleh seluruh elemen masyarakat di kota itu. Berbeda dengan di Yogyakarta, kesenian tersebut dapat dinikmati oleh rakyat atas pengaruh kalangan elit keraton yang mendemokrasikan atau memasyarakatkannya dengan memberi kesempatan untuk mempelajari kesenian itu di sekolah- sekolah.

Pertemuan wayang dengan komedi stambul semakin memeriahkan dunia pertunjukan Hindia Belanda (Indonesia) saat itu. Bedanya, komedi stambul dipentaskan secara berkeliling, dengan durasi yang lebih singkat dan hadir pada waktu senggang masyarakat industri. Komedi stambul berasal dari Surabaya yang dulu dikenal sebagai kota dagang. Digagas oleh seorang peranakan eropa dan biayai oleh seorang Tionghoa yang melibatkan beragam kebudayaan dan ditonton oleh berbagai ras dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Melayu.

Pertunjukan seni di Hindia Belanda terus berkembang seiring tuntutan industrialisasi dan dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan, dari kesenian tradisional maupun mancanegara. Industrialisasi melahirkan jalur kereta yang membuat kesenian komedi stambul menyebar hingga kota- kota besar Jawa. Hingga datanglah suatu seni pertunjukan ketoprak yang berasal dari Jawa Tengah, Ludruk dari Jawa Timur dan Sandiwara dari Jawa Barat. Ketiga bentuk pertunjukan itu sangat mempengaruhi masa awal produksi film di Hindia Belanda.

pada akhir tahun 1900, masyarakat Hindia Belanda dikejutkan oleh penayangan “Gambar Hidup” yang kini biasa disebut Film. Ditayangkan di bioskop hingga lapangan di kota- kota besar agar dapat mencakup semua elemen masyarakat. Hal ini salah satu bentuk kolonialisasi Belanda yang mengenalkan negaranya melalui film dokumenter. Kemudian diimporlah film- film dari Amerika yang alur ceritanya dinilai lebih menarik dan menantang.

Namun pemerintah Kolonial sempat khawatir atas film Amerika yang justru mampu mengubah pikiran pribumi terhadap orang Eropa saat itu. Terutama terhadap Belanda yang berkuasa. Karena di film Amerika orang Eropa di presentasikan buruk, seperti mafia. Akhirnya dibuatlah film buatan Hindia Belanda yang ceritanya diadopsi oleh film- film Amerika. Pembuatan film tersebut dibiayai oleh pemerintah Belanda. Selain itu menerapkan sensor di semua film impor.
Ancaman mati nya seni tradisional juga sempat mengkhawatirkan, karena beredarnya film- film luar negeri di Hindia Belanda. Pada 1926, lahirlah film loetoeng kasaroeng yang memadukan wayang, sandiwara dan film yang dikemas sedemikian menarik. Film ini berlatar legenda sunda yang sudah terkenal. Hal ini agar masyarakat tidak lupa seni daerahnya.

Kota- kota besar di Hindia Belanda semakin tumbuh menjadi kawasan kosmopolitan. Hal ini terkait atas penerapan hukum agrarian, peningkatan liberalisasi politik dan politik etis yang diterapkan pemerintahan Belanda. Sehingga memacu percepatan pembangunan, termasuk pembangunan fasilitas gedung publik yang mendukung dunia pertunjukan.


Kawasan kompolitan merupakan wadah bagi munculnya imajinasi dalam berkreasi. Seni pertunjukan dan film seringkali dijadikan sebagai jembatan agar kota memiliki cerita yang mampu merangkul aspirasi Hindia Belanda dan mampu menjangkau banyak penonton. Selain itu keutungungan yang diperoleh dari Belanda adalah, melalui seni pertunjukan mereka mampu mengancam orang pribumi agar tidak berani memberontak kepada pemerintah. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons