Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di
bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang,
tetapi bumi tetap ada. Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru
menuju tempat ia terbit kembali.
Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara,
terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai
mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai
mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.
Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan
oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. Apa
yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak
ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.
Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan,
seperti terang melebihi kegelapan. Mata orang berhikmat ada di kepalanya,
sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa
nasib yang sama menimpa mereka semua.
Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat
pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di
situpun terdapat ketidakadilan.
Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di
bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang
menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan. Oleh
sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih
bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup.