Karena gak tau mau cerita ke
siapa, jadi gua luapkan di blog ini.
Tiba- tiba teringat pada masa akhir SMP. Waktu itu keinginan agar bisa
masuk SMA jurusan IPA begitu kuat. Alasannya adalah karena gua punya ambisi
menjadi seorang arsitek. Arsitek yang fokus pada pembangunan dan perancangan
kota.
Melihat
kota- kota di Eropa bikin iri, bangunannya tertata rapih, transportasinya
lengkap, suasananya nyaman dan humanis. Kontras dengan keadaan kota- kota di
negara ini. Itulah kenapa gambar- gambar yang gua buat dominan dengan tema
perkotaan. Dengan tekad itu gua berlatih keras. Berusaha mengasah kemampuan
berhitung di IPA, mempelajari rumitnya rumus- rumus fisika dan matematika.
Karena jurusan arsitektur tidak terlepas dari masalah hitung- hitungan.
Tapi
sekarang kenapa gua kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi?. Dan saat ini gua
berada pada titik jenuh. gua masuk jurusan ini atas dasar kepo pada pekerjaan
broadcaster dan jurnalis. Nggak nyangka kalo ternyata mata kuliah yang harus
diemban, tidak seperti apa yang gua bayangkan.
Sebenernya
asik sih, tapi setiap jadi bagian dari civitas ilmu komunikasi gua ngerasa “ini
bukan diri gue yang asli”. Taulah di ilmu komunikasi mahasiswanya harus kayak
apa. Sementara gua cenderung introvert dan lebih suka dengan sesuatu yang
terencana, detail dan terukur. Jadi lama- lama gua berasa dipaksa untuk
melepas karakter asli diri gua yang ini udah nyaman banget.
Disaat
teman- teman gua udah punya target mau kerja dimana, jabatannya apa. Ada yang
kepengen banget kerja di Trans TV jadi tim kreatif, reporter atau apalah yang
berhubungan dengan TV. Ada yang mau jadi Public Relations. Sementara gua masih
bingung mau kerja di kantor apa dan jabatannya apa. karena cita - cita
gua bukan di Ilmu Komunikasi. Peminatan gua di Broadcasting, tapi target gua
mau jadi apa belum kebayang. karena gua cuma suka liat orang- orang yang kerja
di stasiun TV.
Beda
dengan orang yang masuk jurusan karena bingung dia mau pilih apa. Jadi mereka
enjoy- enjoy aja, yang penting kuliah. Tapi gua udah punya cita- cita, dan
keputusan untuk meraih itu semua adalah wewenang gua. Tapi kenapa dulu gua
nggak pilih apa yang gua cita- citakan?, kenapa yang gua ambil malah
tantangan?.
Kalo
tau seperti ini jalannya, kenapa gua dulu maksain masuk ke SMA yang mahal?.
Hanya karena SMA itu cuma buka program IPA, tapi sekarang gua kuliah di ilmu
sosial. Sia- sia? IYA!! .. belasan juta dikeluarin waktu sekolah, dan sekarang
ilmunya gak digunain waktu kuliah.
Gua
merasa bersalah jadi anak. Tapi di satu sisi, ketika gua berusaha memantapkan
untuk mengambil jurusan yang gua cita- citakan di Univ. swasta (setelah ditolak
PTN), malah gak ada support dari orang- orang terdekat gua.
Jadi
akhirnya seperti ini. Hampa, gak ada tujuan, pandangan dan harapan ke kedepan
udah gak ada. Mengalir begitu saja.
Kini
hanya tersenyum, senang rasanya melihat orang- orang yang bersemangat untuk
mewujudkan cita- citanya. Setidaknya harapan dan usaha mereka berada pada jalan
yang sama.
Berada
disekitar mereka yang sedang bersemangat. berjalan bersama teman- teman Ilmu
Komunikasi. Namun harapan gua justru berada pada jalan yang berbeda.
Ah..
andai saja seperti mereka. Rasanya pengen pergi yang jauh, jauh, dan
jauh….
2 komentar:
ah tingkat dua. udah banyak yg terjadi ya?
cie aul curhat po? haha. stay cool bro. jangan cuma fokus dengan jurusan yang lo pilih. kadang banting setir tanpa harus mundur dari arah tujuan itu perlu. Banyak kan pastinya lo temuin, anak IT yang kerja jadi akuntan, anak Manajemen yang kerja jadi kontraktor, anak Akuntan yang jadi Desainer. Kalo emang jurusan komunikasi bukan tempat lo, coba gali tempat yang lain tanpa harus menutup lubang di lubang yang udah lo gali ini. Keep spirit bro.
"Gaji seorang karyawan, dan pekerja, serta buruh memang pasti disetiap bulannya. Tapi seorang wirausahawan ga pernah pasti. bulan pertama bisa jadi 1 juta. Bulan ke dua bisa jadi 10 juta."
Posting Komentar