Pemberitahuan lewat facebook ketika saya kembali ke
zona GMT+8
|
Sebelumnya
saya minta maaf kepada teman atau keluarga yang pernah berkunjung dan tiba-
tiba bingung disertai terkejut pas ngeliat jam dinding di kosan sedikit aneh
pergerakannya. Apalagi kalo menyangkut masalah sholat. Misalnya udah siap
sholat magrib, tapi tiba- tiba udah jam 19:15 aja atau udah yakin banget kalo
adzan Ashar masih satu jam lagi, tapi kok ini udah jam 15:00 ?! haha. Tenang…. karena jam itu gak rusak/
baterai nya habis. Tapi emang saya atur lebih cepat satu jam dari WIB. Bukan
karena sering telat lho, terus dicepetin satu jam -__- Justru ini udah
keputusan saya dari 2 tahun yang lalu, tepatnya pada Mei 2012.
Kalian pernah
denger rencana pemerintah RI yang mau menyatukan zona waktu pada 28 Oktober
2012?. Indonesia sekarang ini punya tiga zona waktu, yaitu WIB (Waktu Indonesia
Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Nah
rencananya pada saat itu mau disatukan jadi satu zona waktu aja, yaitu WKI
(Waktu Kesatuan Indonesia) yang memakai GMT+8 atau setara dengan WITA. Jadi
yang tinggal di daerah Sumatra, Jawa, Kalbar & Kalteng mengubah waktunya
satu jam lebih cepat dari biasanya. Sebaliknya yang di daerah Papua dan Maluku
memperlambat waktunya satu jam. Sementara yang di Sulawesi, Bali, Nusa tenggara
nggak ada perubahan. Sebenarnya jika melihat kebelakang, Indonesia sudah 9 kali
mengubah zona waktu.
Nah isu
tersebutlah yang membuat saya awalnya mengatur jam dinding di kamar saya satu
jam lebih cepat jadi keterusan hingga sekarang. Bahkan sampai rencana tersebut
ditunda, saya masih memakai GMT+8. Disini saya sangat mendukung rencana
pemerintah. Karena begitu harmonisnya ketika membayangkan kalau dari Sabang
hingga Merauke punya waktu yang sama.
Sebenarnya
apa alasan pemerintah menerapkan ini? Mengingat waktu yang berlaku saat ini
udah cocok sama pergerakan matahari. Sepeti kita ketahui, Indonesia merupakan
negara yang terletak di garis khatulistiwa. Artinya porsi siang dan malam
seimbang. kalo matahari terbit jam 06:00, nanti tenggelam jam 18:00, 12 jam
terang – 12 jam gelap.
Sebenarnya
meski zona waktu udah disatukan, porsi siang dan malam tetap begitu saja. Tapi
kebiasaan masyarakat yang menilai kalo pagi (ketika matahari baru muncul) itu
sekitar pukul 06:00 dan senja itu ya sekitar pukul 18:00, sehingga pemahaman
tersebut sulit diubah. Tapi pemerintah beralasan kalau zona waktu disatukan
akan meningkatkan produktivitas.
Maksud produktivitas
disini adalah kegiatan ekonomi. Harapannya perekonomian Indonesia akan lebih
baik kalau daerah timur sampai barat memiliki kesamaan waktu, kemudian negara-
negara yang menjalin kerja sama intens di bidang ekonomi dengan Indonesia
mayoritas berzona waktu GMT+8. seperti Tiongkok (dulu biasa kita sebut Cina),
Malaysia, Singapura dan Filipina.
Contohnya
ketika bursa efek di Singapura dan Tiongkok sudah buka, Indonesia yang kantor
bursa efek nya di Jakarta masih harus menunggu satu jam lagi. Kemudian ketika
masyarakat Singapura dan Malaysia sudah masuk kerja dan beraktivitas,
masyarakat Indonesia terutama di wilayah barat baru bangun tidur.
Padahal dilihat
dari letak geografis, Singapura dan Malaysia barat berada dekat dengan Riau dan
Sumatra Utara, tapi mereka memakai zona waktu GMT+8 yang setara dengan Bali.
Artinya masyarakat Singapura dan Kuala Lumpur memulai aktivitas lebih pagi dari
masyarakat Jakarta. Di Singapura jam masuk kantor adalah pukul 07:00, padahal
di pulau seberangnya yaitu Batam masih jam 06:00. Bahkan di Kuala Lumpur jam
masuk kantor juga jam 07:00 - 08:00. Masih terlalu pagi bagi kita di Jakarta.
Kesenjangan
tidak hanya terjadi antar negara saja, tapi juga di Indonesia. Hal ini meliputi
komunikasi, penerbangan, transaksi, sampai jam tayang TV nasional. Sebagaimana
kita ketahui, pusat RI berada di zona WIB. Contohnya ketika bank di
wilayah Papua sudah tutup jam 15:00, bank di Jawa yang masih jam 13:00 justru
sedang giat- giatnya bertransaksi. Akibat perbedaan waktu, proses transaksi dan
komunikasi antara Jawa dan Papua terbatas.
Kemudian
siaran TV nasional yang lebih memperhatikan wilayah barat Indonesia, Semua
mengacu pada WIB, sehingga masyarakat di Timur dan Tengah harus menyesuaikan
jika ingin menonton TV. Belum lagi ketika kita melakukan penerbangan ke daerah
lain di Indonesia, kita harus mengatur ulang jam tangan atau di handphone. Padahal ini masih di
Indonesia. Maka tidak heran mengapa daerah timur Indonesia selalu tertinggal.
Karena semuanya berpusat di Jakarta.
Jika rencana
penyatuan zona waktu dilaksanakan, maka masyarakat Jakarta harus siap bangun
lebih pagi lagi!. Karena jam masuk kerja akan disetarakan yaitu pukul 07:00!!. Hal
ini mengakibatkan rencana tersebut menuai kontroversi, banyak yang tidak
setuju. Karena ini akan memicu kecemburuan masyarakat Indonesia di wilayah
barat kepada yang timur.
Bagaimana
tidak, pukul 07:00 di wilayah Indonesia paling barat terutama Aceh dan Medan masih
gelap dan di Jakarta matahari masih malu–malu untuk muncul. Sementara di papua matahari
sudah terik. Umpamanya “situasi di wilayah barat terburu- buru sementara di
wilayah timur sangat santai”. Nah jika seperti ini, kondisi berbalik. Biasanya
Indonesia timur yang iri kepada daerah barat, kini yang di wilayah barat iri
kepada yang tinggal di timur.
Tapi
bagaimana pun Indonesia harus bersatu, kini sudah saatnya yang di Jakarta
menyesuaikan. Mungkin butuh adaptasi beberapa minggu untuk merubahnya, lama-
lama juga akan terbiasa. Jika yang di Singapura dan Kuala Lumpur bisa, kenapa
kita yang di Jakarta tidak bisa?. Bahkan banyak negara yang seluas Indonesia
hanya memiliki satu zona waktu, yaitu Republik Rakyat Tiongkok, India, dan
Brazil. Sehingga slogan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” akan diperpanjang
menjadi “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Satu Zona Waktu”.
Namun hingga
tulisan ini dimuat, perubahan zona waktu belum dilaksanakan. Karena pemerintah
menilai masih banyak yang penting daripada menyatukan zona waktu. Mungkin karena
dipengaruhi oleh mereka yang tidak setuju. Sebab mereka menilai kalau
pemerintah hanya memikirkan aspek ekonomi. Padahal menurut saya ini merupakan salah
satu upaya agar persatuan Indonesia lebih efektif.
Dibawah ini
saya akan membuat jam masuk kerja/ sekolah jika Indonesia memiliki satu zona
waktu.
Jam kerja
yang berlaku sekarang:
Kegiatan
|
WIB (GMT+7)
|
WITA (GMT+8)
|
WIT (GMT+9)
|
Masuk
Kantor/ Sekolah
|
07.00/ 08.00
|
07.00
|
07.00
|
Makan
Siang + Sholat
|
12.00 –
13.00
|
12.00-
13.00
|
12.00-
13.00
|
Pulang
|
15.00 /
16.00
|
15.00
|
15.00
|
Keterangan
|
Di wilayah
ini, jika ingin menghubungi atau bertransaksi dengan wilayah WITA /WIT pada
jam 10.00 WIB/11.00 WIB. harus menunggu, karena mereka sedang istirahat.
|
Ketika wilayah
ini selesai istirahat pada pukul 13.00 WITA, di wilayah WIB baru jam 12.00, mau
istirahat.
|
Di wilayah
ini aktivitas sudah usai. Tapi di WIB jam 13.00 baru selesai istirahat.
|
Jam kerja
Nasional:
Kegiatan
|
WKI (GMT+8)
|
Masuk
Kantor/ Sekolah
|
07.00,
07.30, 08.00
(Karyawan
diberi pilihan asal lama jam kerja tetap)
|
Makan
Siang + Sholat
|
11.30 – 12.30
atau 12.30 - 13.30
(satu
tempat kerja memberi karyawan 2 pilihan waktu istirahat, tentunya
menyesuaikan waktu sholat setempat)
|
Pulang
|
15.00,
15.30, 16.00
(Pulang
sesuai pilihan masuk kerja)
|
Keterangan
|
Perhitungan
jika 8 jam kerja
|
Inti
masalahnya apakah semuanya siap berubah? Kalau saya pribadi sudah siap. Karena
begitu rencana penyatuan zona waktu muncul, saya mencoba menyesuaikan. Mulai dari
ruang lingkup yang kecil dulu, seperti kamar. sehingga kini saya sudah terbiasa
satu jam lebih cepat dengan orang- orang disekitar. Pun kalau berada di Papua/
Maluku saya akan mencoba memperlambat satu jam. Karena saya masih berharap
kalau penyatuan zona waktu benar- benar terjadi.
9 komentar:
Mungkin anda wajib berkunjung ke Nanggroe Aceh Darusalam terlebih dahulu. Disana matahari baru muncul sekitar pukul 7 WIB. Berarti bila diterapkan menjadi GMT+8 maka anak sekolah masuk setelah selesai sholat subuh..
Ya itu kan bisa disesuakan di daerah setempat kl masalah masuk kantor atau sekolah. Menurut sy ini ide yang bgs utuk indonesia maju
iya Ratrian, dalam membuat postingan ini saya juga sudah mempertimbangkan wilayah paling barat, Aceh. memang saya belum pernah kesana, tapi setidaknya saya sempat berdiskusi dengan teman dari Aceh dan membayangkan jika GMT+8 benar berlaku maka waktu magrib disana akan lebih lama, bisa- bisa pukul 8pm kan?.. oke saya pahami kekhawatiran anda.
tapi coba lihat kembali dari sisi yang lain.. seperti dari sisi pariwisata, dampaknya akan sangat bagus. ingat kenapa pemerintah mengeluarkan Bali dari zona GMT+7 ke GMT+8, satu- satunya alasan adalah karena mendongkrak pariwisata. bukankah Aceh saat ini juga sedang giatnya menarik turis untuk berkunjung?..
terkait jam masuk sekolah atau kantor sudah saya cantumkan opsi.. daerah bisa memilih waktu yang cocok untuk kegiatan sekolah dan kantor saja. sama seperti yang dilakukan oleh Malaysia.. namun untuk kegiatan perbankan, kita sama sama memulai di waktu yang sama.
Saya kerja dikualalumpur jam kerja disini jam 9.. jadi sama aja kayak jam 8 wib dijakarta
Saya kerja dikualalumpur jam kerja disini jam 9.. jadi sama aja kayak jam 8 wib dijakarta
satu waktu sudah cukup gak perlu banyak banyak waktu dalam satu negara...atau paling tidak sesuai dua zin waktu aja
perbedaan waktu memang sering kali menjadi perdebatan apalagi jika sudah menyangkut waktu ibadah atau sholat, namun teknologi bisa mengatasinya, salah satunya adalah jam digital sholat yang dapat menyesuaikan waktu setempat.
Atur aja deehh...
Saya mah ikut aja, toh udah di Zona +8 Z.
Amerika 3 zona waktu maju, Russia 7 zona waktu maju negaranya, Jepang 1 zona waktu maju negaranya. Zona waktu ga ada kaitanya sama kemajuan sebuah negara.
Posting Komentar